Langsung ke konten utama

Penyakit Pada Bibit Kelapa Sawit dan Pengendaliannya

Bibit kelapa sawit juga bisa terserang oleh penyakit. Baik bibit sawit yang masih berada di tahap pembibitan awal (PA) maupun pembibitan akhir (PU) sama-sama dapat terserang oleh penyakit. Anda harus waspada terhadap kemungkinan serangan penyakit ini. Bibit kelapa sawit yang terserang oleh penyakit akan mengakibatkannya menjadi tidak normal, pertumbuhannya terhambat, kondisinya layu, hingga kematian bibit tersebut. Bahkan penyakit ini juga dapat menular ke bibit-bibit kelapa sawit lainnya.
Penyakit Akar (Root Diseases)
Penyakit yang menyerang akar bibit kelapa sawit umumnya disebabkan oleh cendawan tular tanah seperti Rhizoctonia, Pythium, dan Fusarium. Penyakit ini biasanya menular melalui spora yang menyebar lewat air hujan dan hembusan angin. Kondisi lahan pembibitan yang terlalu kering atau terlalu banyak genangan air akan memicu penyakit ini. Keadaan lahan yang kurang terawat juga mengakibatkan banyak inogulum patogen yang tumbuh di dalam tanah.
Bibit yang terkena penyakit akar akan menunjukkan gejala awal berupa perubahan daun menjadi pucat dan layu. Kemudian warna daun berubah menjadi kekuningan yang dimulai dari bagian ujungnya. Selanjutnya daun akan mengalami nekrosis warna menjadi berwarna cokelat gelap. Akar pun mengalami perubahan menjadi busuk basah dan berwarna kecokelatan. Jika dibiarkan terus-menerus, penyakit akan semakin parah sehingga menyebabkan kematian bibit.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit akar di antaranya :
  1. Memakai tanah yang bersih, steril, dan bebas dari bibit penyakit.
  2. Tidak menggunakan tanah bekas penanaman bibit sawit sebelumnya.
  3. Memusnahkan bibit-bibit yang sudah terserang penyakit.
  4. Menyiram bibit dengan air bersih secukupnya.
  5. Mencegah timbulnya genangan air di lahan pembibitan.
  6. Menyiangi gulma dan menjaga kebersihan lahan pembibitan.
  7. Mengisolasi bibit yang terindikasi telah terjangkit penyakit sejauh 20 meter.
  8. Mengaplikasikan fungisida Thiram atau Benomil 0,2% sebanyak ½ liter per bibit setiap 14 hari.
  9. Mengaplikasikan fungisida butiran Triadimenol 5 gram/bibit setiap 2 bulan.
  10. Mengaplikasikan fungisida Dazomet 98% sebanyak 1 gram/bibit pada pembibitan awal dan 3 gram/bibit pada pembibitan utama setiap 3 bulan.
penyakit-bibit-kelapa-sawit.jpg
Penyakit Antraknosa
Penyebab penyakit antraknosa pada bibit kelapa sawit di antaranya Botryodiplodia sp., Melanconium elaeidis, dan Glamerella cingulota. Spora pada cendawan-cendawan ini dihasilkan di dalam piknida atau aervuli. Proses penyebarannya sendiri dilakukan dengan bantuan angin serta percikan air siraman dan air hujan. Beberapa faktor pendorong timbulnya penyakit antraknosa yaitu jarak antarbibit yang terlalu rapat (< 90 cm), lahan terlalu lembab, pembibitan ternaungi, kelebihan air siraman, dan pemindahan bibit yang tidak hati-hati.
Penyakit antraknosa biasanya menyerang bibit sawit yang berumur kurang dari 2 bulan. Kadang-kadang penyakit ini muncul berasaman dengan gejala transplanting shock. Kemudian muncul bintik-bintik di bagian ujung atau tengah daun. Bintik-bintik berwarna kuning terang ini lantas melebar, lalu berubah menjadi kuning dan cokelat gelap. Antara batas nekrosis jaringan sakit dan sehat selalu dibatasi dengan warna kuning. Nekrosis ini berbentuk memanjang sejajar dengan tulang daun.
Pengendalian penyakit antraknosa bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  1. Mengurangi penyiraman air dan naungan di pembibitan awal.
  2. Memindahkan bibit sawit dari pembibitan awal ke pembibitan utama dengan hati-hati.
  3. Melakukan penjarangan letak bibit sawit menjadi 90 cm.
  4. Memangkas daun-daun yang terkena penyakit lalu membakarnya.
  5. Memusnahkan bibit yang sudah terserang penyakit berat.
Penyakit Bercak dan Hawar Daun
Beberapa cendawan yang menjadi penyebab penyakit bercak da hawar daun (leaf spot and blights) antara lain Curvularia spp., Cochliobolus spp., Drechslera halodes, dan Pestalotiopsis. Cendawan ini menyebar menggunakan spora melalui percikan air atau hembusan angin. Selain itu, penanganan agronomik yang tidak tepat juga dapat mendorong perkembangan penyakit ini. Beberapa faktor pendorong lainnya yaitu jarak bibit terlalu rapat, lahan terlalu lembab, area yang tidak bersih, dan banyaknya gulma yang tumbuh.
Gejala awal bibit kelapa sawit yang terserang penyakit bercak dan hawar daun mulai terlihat di pembibitan awal hingga ke pembibitan utama. Serangan ini biasanya semaki parah di musim penghujan. Gejala awalnya yaitu daun memiliki bintik-bintik berwarna kuning. Lalu bercak ini membesar menjadi agak lonjong dengan panjang 7-8 mm, berwarna cokelat terang, dan pada tengah lesio terlihat berminyak. Beberapa lesio lalu menyatu membentuk bercak berukuran besar tak beraturan menjadi nekrosis.
Pengendalian-pengendalian yang dapat dilakukan yaitu :
  1. Menjarangkan letak bibit kelapa sawit menjadi 90 cm.
  2. Mengurangi volume air untuk sementara waktu.
  3. Menyiram air dengan gembor yang diarahkan ke tanah, bukan daun.
  4. Mengisolasi bibit yang memperlihatkan gejala ringan-sedang.
  5. Memangkas daun yang sakit lalu menyemprotnya dengan fungisida Thibenzol, Captan, atau Thiram dengan konsentrasi 0,2% setiap 14 hari.
  6. Membakar dan memusnahkan bibit yang terserang berat.
Penyakit Busuk Daun (Leaf Rot)
Peyebab utama penyakit ini adalah Corticium solani. Serangannya sendiri bersifat sporadis dan terkadang bisa meluas sampai berat. Beberapa tanaman jenis kacang-kacangan seperti Mucuna, Calopoganium, Pueraria, dan Centrosema bisa menjadi inang dari penyakit ini. Faktor-faktor yang dapat memicu penyakit busuk daun pada bibit sawit yaitu pembibitan terlalu lembab, jarak antarbibit terlalu rapat, kebersihan kurang terpelihara, terlalu banyak air siraman, dan memakai serasah kacang terinfeksi cendawan untuk mengisi polybag.
Bibit tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit busuk daun biasanya memperlihatkan gejala serangannya mulai dari daun tombak hingga ke daun yang lebih tua. Gejalanya berupa bentuk lesio yang tidak teratur, daun pucat dikelilingi zona ungu-kecokelatan, lesio kemudian membesar dan cokelat. Nekrosis lalu menyatu, bagian tengahnya berwarna kelabu dengan bagian luar yang berwarna kuning pucat.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit busuk daun antara lain :
  1. Mengurangi volume air siraman.
  2. Menjarangkan letak antar-polybag bibit.
  3. Menyiram menggunakan gembor ke pangkal batang.
  4. Menyiangi gulma secara berkala.
  5. Menghindari pemakaian serasah daun kacangan yang terinfeksi.
  6. Mengisolasi bibit yang terserang ringan-sedang.
  7. Memangkas daun yang sakit lalu menyemprotnya dengan fungisida.
  8. Memusnahkan bibit-bibit yang terserang berat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat dan Mengatur Ancak Panen

Ancak panen (kapveld) adalah pembagian areal panen atau ancak panen harian yang dipanen pada hari-hari tertentu yang disesuaikan berdasarkan rotasi panen. Berikut contoh kapveld panen yang lebih luas dengan blok yang lebih banyak : Contoh Kapveld Panen Ancak panen diatur sedemikian rupa supaya saling berhubungan satu dengan lainnya, sehingga ancak panen terakhir akan bersambungan dengan yang pertama. Tujuannya adalah untuk memudahkan pengawasan, mengetahui ancak yang tidak selesai dipanen dan pengangkutan hasil. Oleh karena itu ancak panen disusun memanjang sedemikian rupa mengikuti jalan transportasi. Pembagian ancak panen dilakukan sebagai berikut : Rotasi Panen Pembagian Ancak Panen 4/5 atau 4/6 4 ancak panen 5/7 5 ancak panen 6/8 6 ancak panen 7/9 7 ancak panen 8/10 8 ancak panen 9/11 9 ancak panen Ancak panen perlu diberikan penomoran agar pemanen disiplin menjaga dan merawat ancaknya masing-masing selain itu mempermudah pengawasan terhadap a

Pembuatan dan Pemasangan Titi Panen

Setelah Pembuatan Jalur Panen, hal lain yang juga perlu segera dipenuhi sebagai bagian dari persiapan panen adalah titi panen. Seperti pada jalan panen pemasangan titi panen juga sudah mulai dari TBM 1 (rasio 8 : 1) dan TBM 2 (rasio 4 : 1), maka titi panen juga harus tersedia menjelang permulaan panen. Selain dari beton dapat juga dibuat daripada kayu mutu baik ukuran (l x t) = 20 cm x 5 – 10 cm. Pemasangan titi panen umumnya menggunakan rasio 2 : 1 (2 pasar pikul 1 titi panen).  Pembuatan Titi Panen Beton 1) Pembuatan titi panen beton ukuran panjang ≤ 3 m sebaiknya dipusatkan pada satu tempat (misalnya traksi). Titi panen beton ukuran ≤ 3 m tersebut bentuknya rata (seperti papan dengan lebar 20 cm dan tebal 8-10 cm) 2) Untuk titi panen beton ukuran > 4 m sebaiknya dibuat di tempat – in situ(dicor di lokasi titi panen tersebut akan dipasang). 3) Titi panen ukuran > 4 m harus memakai konstruksi “T” atau “U“ terbalik Pemasangan Titi Panen Teknis pemasangan apa

Tugas Kerani Panen (Checker)

Kerani panen mempunyai tugas dan kewajiban terhadap panen sebagai berikut : 1. Memeriksa dan menghitung setiap TBS yang sudah diletakan di TPH, mencakup jumlah dan kualitas buah. Buah dicatat pada “buku penerimaan buah” dan tidak diperkenankan dicatat pada buku lainnya. 2. Semua TBS diperiksa dan setiap buah mentah ditulis, buah mentah harus didenda tetapi tetap dihitung sebagai pendapatan. Pemeriksaan TPH Asisten Kepala, Mandor & Kerani Panen 3. Kerani panen hanya boleh menerima TBS yang sudah disusun di TPH yang resmi (ada nomor TPH-nya). Sedangkan buah yang diletakan ditepi jalan (bukan TPH), TPH liar atau disembarang tempat tidak boleh dihitung sebagai pendapatan pemanen. Pemberian sangsi dimaksudkan untuk mendisiplinkan pemanen. 4. Setiap hari mengisi buku notes potong buah setelah kerja panen selesai. 5. Setiap hari mengecek buah restan dan melaporkannya kepada Kepala Mandor atau Kepala Afdeling. 6. Setiap hari mengisi Laporan Poto