Langsung ke konten utama

Penyebab Buah Sawit Busuk Sebelum Masak

Apakah penyebab buah kelapa sawit busuk sebelum masak? Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwasanya ada banyak sekali penyakit yang menghantui tanaman kelapa sawit. Salah satunya yang paling buruk ialah penyakit busuk buah yang kerap menyerang tandan buah segar. Penyebab utamanya adalah serangan jamur marasmius palmivorus. Meskipun jamur ini bersifat saprofit, ia juga bisa menginfeksi jaringan hidup dan berubah menjadi parasit.

Faktanya penyakit busuk buah diketahui pernah menyerang semua lahan kelapa sawit di seluruh dunia. Bahkan serangan penyakit ini di Indonesia termasuk salah satu yang paling parah, di mana kerusakannya mencapai lebih dari 25 persen. Tentu saja tingkat kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini begitu besar. Bayangkan saja buah kelapa sawit yang seharusnya sebentar lagi masak justru menjadi busuk sehingga tidak layak untuk dipanen.

Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut diketahui bahwa penyakit busuk buah ternyata hanya menyerang buah kelapa sawit yang tidak segera dipanen dan kondisinya lembab. Kelembaban udara yang cukup tinggi di sekitar buah tersebut lantas memicu pertumbuhan jamur marasmius. Miselium jamur ini akan berkembang masuk ke dalam lapisan mesokarp buah sawit. Lama-kelamaan jamur ini akan tumbuh dan berkembang biak hingga mengakibatkan kebusukan pada buah sawit. Jika tidak segera dikendalikan, patogen ini akan cepat menyebar serta menyerang buah sawit lain di sekitarnya.

buah-kelapa-sawit-busuk.jpg

Adapun gejala-gejala awal yang ditunjukkan dari serangan jamur marasmius dimulai dari munculnya miselium berupa benang-benang halus berwarna putih yang mengikat di permukaan buah kelapa sawit. Seiring dengan berjalannya waktu, benang putih tersebut akan tumbuh semakin meluas. Selanjutnya jamur akan melakukan penetrasi ke dalam lapisan mesokarp/daging buah sehingga mengakibatkan timbulnya kebusukan basah. Akhirnya buah sawit pun menjadi busuk dan warnanya berubah kecokelat-cokelatan.

PENGENDALIAN

Pengendalian terhadap penyakit busuk buah dapat dilakukan melalui teknik kultur jaringan dan metode kimiawi.

  1. Pengendalian secara Kultur Teknik

Pertolongan pertama terhadap pohon kelapa sawit yang menunjukkan gejala-gejala serangan jamur marasmius dapat dilakukan dengan kultur teknik. Caranya yaitu membuang semua buah kelapa sawit yang hampir busuk dan sudah busuk. Buanglah buah tersebut jauh dari area perkebunan supaya jamur tidak menyerang tanaman lainnya. Sedangkan untuk pencegahannya yaitu menjaga jarak penanaman bibit kelapa sawit, melakukan rotasi pada tahap penunasan, serta tidak menyisakan buah sawit pada saat pemanenan.

  1. Pengendalian secara Kimiawi

Metode ini dilakukan dengan memanfaatkan obat-obatan kimiawi untuk mencegah dan melawan sumber penyakit. Karena penyakit busuk buah disebabkan oleh jamur, maka pengendaliannya harus memakai fungisida. Anda bisa memanfaatkan fungisida dari golongan Basidiomycetes untuk melawan jamur marasmius palmivorus. Fungisida jenis ini terbukti secara efektif dapat mengendalikan pertumbuhan jamur tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat dan Mengatur Ancak Panen

Ancak panen (kapveld) adalah pembagian areal panen atau ancak panen harian yang dipanen pada hari-hari tertentu yang disesuaikan berdasarkan rotasi panen. Berikut contoh kapveld panen yang lebih luas dengan blok yang lebih banyak : Contoh Kapveld Panen Ancak panen diatur sedemikian rupa supaya saling berhubungan satu dengan lainnya, sehingga ancak panen terakhir akan bersambungan dengan yang pertama. Tujuannya adalah untuk memudahkan pengawasan, mengetahui ancak yang tidak selesai dipanen dan pengangkutan hasil. Oleh karena itu ancak panen disusun memanjang sedemikian rupa mengikuti jalan transportasi. Pembagian ancak panen dilakukan sebagai berikut : Rotasi Panen Pembagian Ancak Panen 4/5 atau 4/6 4 ancak panen 5/7 5 ancak panen 6/8 6 ancak panen 7/9 7 ancak panen 8/10 8 ancak panen 9/11 9 ancak panen Ancak panen perlu diberikan penomoran agar pemanen disiplin menjaga dan merawat ancaknya masing-masing selain itu mempermudah pengawasan terhadap a

Pembuatan dan Pemasangan Titi Panen

Setelah Pembuatan Jalur Panen, hal lain yang juga perlu segera dipenuhi sebagai bagian dari persiapan panen adalah titi panen. Seperti pada jalan panen pemasangan titi panen juga sudah mulai dari TBM 1 (rasio 8 : 1) dan TBM 2 (rasio 4 : 1), maka titi panen juga harus tersedia menjelang permulaan panen. Selain dari beton dapat juga dibuat daripada kayu mutu baik ukuran (l x t) = 20 cm x 5 – 10 cm. Pemasangan titi panen umumnya menggunakan rasio 2 : 1 (2 pasar pikul 1 titi panen).  Pembuatan Titi Panen Beton 1) Pembuatan titi panen beton ukuran panjang ≤ 3 m sebaiknya dipusatkan pada satu tempat (misalnya traksi). Titi panen beton ukuran ≤ 3 m tersebut bentuknya rata (seperti papan dengan lebar 20 cm dan tebal 8-10 cm) 2) Untuk titi panen beton ukuran > 4 m sebaiknya dibuat di tempat – in situ(dicor di lokasi titi panen tersebut akan dipasang). 3) Titi panen ukuran > 4 m harus memakai konstruksi “T” atau “U“ terbalik Pemasangan Titi Panen Teknis pemasangan apa

Tugas Kerani Panen (Checker)

Kerani panen mempunyai tugas dan kewajiban terhadap panen sebagai berikut : 1. Memeriksa dan menghitung setiap TBS yang sudah diletakan di TPH, mencakup jumlah dan kualitas buah. Buah dicatat pada “buku penerimaan buah” dan tidak diperkenankan dicatat pada buku lainnya. 2. Semua TBS diperiksa dan setiap buah mentah ditulis, buah mentah harus didenda tetapi tetap dihitung sebagai pendapatan. Pemeriksaan TPH Asisten Kepala, Mandor & Kerani Panen 3. Kerani panen hanya boleh menerima TBS yang sudah disusun di TPH yang resmi (ada nomor TPH-nya). Sedangkan buah yang diletakan ditepi jalan (bukan TPH), TPH liar atau disembarang tempat tidak boleh dihitung sebagai pendapatan pemanen. Pemberian sangsi dimaksudkan untuk mendisiplinkan pemanen. 4. Setiap hari mengisi buku notes potong buah setelah kerja panen selesai. 5. Setiap hari mengecek buah restan dan melaporkannya kepada Kepala Mandor atau Kepala Afdeling. 6. Setiap hari mengisi Laporan Poto